twitter
rss


Tuhan dan Percaya
Agama menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat di Indonesia karena negara mengatur agar setiap orang harus beragama. Ketika saya berpikir tentang agama terkadang muncul berbagai pertanyaan seputar agama, apa arti agama, mengapa saya harus beragama dan untuk apa agama tersebut ada. Berbagai pertanyaan yang pernah muncul tersebut terjawab dengan adanya kuliah umum yang dilaksanakan pada Senin 26 November 2012, dengan pembicara Saras Dewi M.Hum. Pada perkuliahan kali ini kita membahas mengenai agama dan filsafat, dua hal yang terkadang dianggap bertolak belakang padahal sebenarnya saling membutuhkan.
Agama yang berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti terikat, menekankan kepatuhan terhadap Tuhan. Oleh karena itu instrumen agama adalah kepatuhan. Agama memiliki beberapa peran dalam kehidupan yang menjadi dasar seseorang untuk beragama yaitu untuk menjawab keheranan atau rasa ingin tahu manusia, menjadi obat untuk kesengsaraan, sumber atau prinsip moral dan untuk mencapai pembebasan atau surga. Agama mempunyai kebenaran yang mutlak karena acuan yang digunakan adakalh teks tertulis yang telah ada sejak lama. Agama adalah satu hal yang bisa mengatur kehidupan manusia, namun pada kenyataannnya agama justru digunakan sebagai alasan dalam konflik. Dari kuliah ini saya tahu bahwa berbagai konflik tersebut terjadi bukan karena perbedaan agama namun karena perbedaan evolusi yang terjadi pada umat dari agama tersebut.
Selain berbicara mengenai agama Saras Wati juga membahas mengenai filsafat, filsafat adalah sebuah kata yang memiliki mkana mencintai kebijksanaan. Instrumen dari filsafat adalah rasio atau pemikiran. Dari penjelasan yang diberikan, filsafat seringkali digunakan untuk mengkaji agama, dan berbagai pertanyaan mengenai agama dan Tuhan. Namun memang kaum filsuf seringkali dianggap sebagai pemberontak untuk agama, ada tiga kaum di dalamnya yaitu kaum rasionalis, kaum mistik dan kaum eksistensialis. Kaum mistik, lebih menekankan pada emosi dan rasa untuk menjelaskan agama dan Tuhan. Kaum ini berpendapat bahwa filsafat tidak hanya akal tapi rasa atau emosi, dan agama tanpa filsafat hanya sebuah ritual tanpa pemahaman. Yang terakhir adalah kaum eksistensialis yang berpendapat bahwa yang terpenting dari hidup adalah pengalaman eksistensialis. Menurut mereka hidup memiliki 3 tahap yaitu tahap ekstetis yang hanya, tahap etis dan tahap religius.
Dari perkuliahan tersebut saya mendapat banyak pengetahuan mengenai agama dan filsafat. Sehingga ini akan sangat membantu saya untuk memahami dan mendalami agama saya. Dari beberapa filsuf saya belajar bahwa mereka memang mengkaji sebuah agama namunmereka juga menyatakan bahwa Tuhan memang ada, sehingga bagi saya tak ada alasan untuk tidak percya akan Tuhan. Dari pemikiran mereka saya dapat saya tangkap betapa berkuasanya Tuhan, di mana Dia menciptakan manusia yang kritis namun tetap saya ada kekurangan dan hanya Tuhan lah yang sempurna.
Bagi saya agama adalah sebuah perantara kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Tuhan adalah sang pencipta yang Maha segalanya, karena kehidupan saya ada di tangannya. Bagi saya percaya terhadap Tuhan bukan berarti saya hanya rajin beribadah namun memahami apa yang Dia mau dan menghargai apa yang Dia berikan. Untuk percaya kepada Tuhan tidak harus mendapat suatu mujizat atau keajaiban, karena setiap hal yang saya dapat dan alami itu semua dari Tuhan. Ketika percaya itu benar-benar datang dari dalam diri sendiri maka kita akan lebih bisa berpikir positif dan selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Bagi saya percaya berarti tidak ragu, oleh karena saya selalu percaya dan yakin bahwa Tuhan itu baik dan selalu memberi yang terbaik. Dalam kehidupan ini, sering saya berhadapan dengan masalah yang membuat saya merasakan dan yakin bahwa Tuhan itu ada. Rasa percaya yang timbul bukan karena saya melihat Tuhan ,tetapi lebih kepada pengalaman yang saya jalani hingga saya menemukan rasa percaya itu. 
Mengapa kita percaya kepada Tuhan? Pertanyaan yang sangat sulit saya jawab, karena bagi saya rasa percaya kepada Tuhan snagtlah sulit untuk dideskripsikan. Jika kita memikirkan alasan, itu berarti setiap hal yang ada di hidup saya adalah alasan mengapa saya percaya kepada Tuhan. Kehidupan dan segala hal yang terjadi di dalamnya hanya Tuhan lah yang mengatur. Nafas adalah bukti akan betapa besarnya Tuhan, sehingga bagi saya tak ada alasan untuk tidak percaya kepada Tuhan. Selama kita masih bernafas. Saya percaya kepada Tuhan bukan karena orang tua atau ajaran agama saja. Rasa percaya yang timbul lebih karena pengalaman yang saya alami di dalam hidup saya.
Kehidupan yang semakin maju dan teknologi yang semakin berkembang mampu menjelaskan setiap hal yang terjadi. Semua kemajuan ini terkadang membuat manusia ragu akan Tuhan dan keberadaan-Nya. Banyak orang yang tidak percaya bahwa Tuhan itu ada, karena Sains dan teknologi mampu menjelaskan dan membuat segala hal. Namun bagi saya Tuhan itu ada dan Dia lah yang mengatur setiap detik hidup manusia. Tuhan lah yang mampu membuat manusia berpikir tentang sagala hal dan membuat manusia mampu menciptakan berbagai benda. Tuhan adalah Sang pencipta yang maha kuasa dan selalu ada sebagai tempat untuk mengadu segalanya. Begitu sering saya berpikir seperti apa Tuhan dan di mana Tuhan itu ada, namun sesering itu juga saya tak menemukan jawabannya. Tuhan memang tak mudah untuk digambarkan dengan kata-kata, hanya hati dan perasaan yang mampu merasakan dan mengerti akan adanya Tuhan.  

Indri Astuti
2 /12/2012

0 komentar:

Posting Komentar